Rusli : Makhluk Sosial VS Mahluk Sosial Media


Oleh : Rusli Kader PMII Rayon Ibnu Khaldun

Tantangan hidup sedang teruji dengan jelas bagaimana kita melihat berbagai macam fenomena yang terjadi dilingkungan sekitaran insan, situasi dan kondisi yang terjadi saat ini tentu adalah sebuah keresahan yang mengkhawatirkan bagi umat manusia,jauh dari kata yang di bayangkan seolah-olah kehidupan ini adalah tragedi dramatisasi yang selalu di pertontonkan


Manusia sebagai mahluk sosial yang diciptakan Tuhan tentu mengetahui privilege hidupnya, sehingga tidak melampaui batas atau membuka privasi rahasia dalam hidupnya. Manusia pada umumnya tentu sangat menjaga dirinya dari berbagai macam hal-hal yang menyimpang seperti menjaga etika dan moralitas, menjaga diri dari hal-hal buruk maupun negatif yang dapat merugikan kehidupannya.

Sangat melekat bahwa manusia  sebagai mahluk sosial bahkan tidak bisa di pungkiri manusia disebut mahluk sosial karena senantiasa ingin selalu aktif berintraksi dan beradaptasi dengan lingkungannya.

Bagaimana manusia menjaga hubungan antar sesama agar tidak mudah saling menjatuhkan dan tak mudah saling menggunjing satu sama lain. Adanya sikap buruk dalam diri manusia itu di sebabkan karena ketidakmampuan untuk menyadarkan pola pikir dan bentuk pengontrol diri yang belum bisa di kuasai sepenuhnya.

Sebagai kalimat pembuka penulis ingin menyampaikan bahwa kepekaan manusia terhadap dirinya sudah terabaikan, merasa diri sempurna tidak pernah memperhatikan diri sehingga hilang arah dan tak sadarkan diri bahwa kondrat kita sebagai hamba hanya mensyukuri hidup ini dengan segala kerendahan hati. Akan tetapi itu bertolak belakang dengan apa yang terjadi di era disrupsi yang dimana kondisi seseorang mengalami perubahan, baik dikehidupan nyata maupun di kehidupan dunia maya (sosia media).

Tatanan baru hadir menggantikan tatanan lama yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Sering kali kita terjebak dalam situasi tidak bisa mengontrol diri, sehingga batasan-batasan dalam hal melakukan sesuatu kita sering kali timbul kalimat penyesalan yang berakhir tragis.

Curhatan masalah hidup baik itu persoalan individu, persoalan organisasi, persoalan politik, persoalan aib pun terumbar secara jelas tanpa memikirkan dampak yang akan di dapatkan, sehingga hal-hal yang harus di prioritaskan terabaikan.

Dengan demikian, tentu ini menjadi hal yang harus di perhatikan. Segala gerak gerik dalam hidup harus di pikirkan sebelum menentukan keputusan. Ketika ingin menentukan suatu langkah mari berpikir soal dampak baik dan buruknya.

Di dalam kehidupan sosial saat ini  sudah merambah menjelma menjadi kehidupan sosial media, tentu ini dua arah yang berbeda. Bisa kita buktikan, bahwa keadaan sifat manusia ketika ingin memperlihatkan diri dan eksistensi tentu berbeda dengan dunia sosial. Sebagai contoh bahwa banyak sekali bentuk-bentuk pencitraan yang di manipulasi lewat sosial media, kebaikan dan keburukan pun di tampakan dan di perlihatkan secara nyata yang jauh dari kata ekspetasi Kehidupan.

Kodrat terpenting sebagai mahluk sosial adalah memahami segala situasi dan kondisi kehidupan. Tokoh filsuf terkemuka Aristoteles menjelaskan, dalam sebuah kerangka berpikir yang dia cetuskan bahwa zoon politicon yaitu manusia harus hidup bermasyarakat, berinteraksi bersama, hidup berdampingan bersama serta mengetahui dengan jelas batasan-batasan yang harus di lakukan sehingga orentasi kehidupan dapat di maknai dengan jelas.

Iklan