Foto Penulis (Istimewa) |
Penulis: Fathina Nurul Ilmi (Siswa Kelas 6 SD IT Abu Huraira Mataram)
Assalamualaikum
namaku Fathina, aku akan menceritakan pengalamanku bersama teman-teman kelas 6B
pada lomba mading di sekolah. Sebenarnya ini adalah pengalaman yang
sedikit menyedihkan, namun ada pelajaran yang kami dapatkan bahwa sebaik apapun
manusia merencanakan sesuatu, tetap Allah SWT lah yang menentukan.
Cerita
ini bermula saat liqo maftuh, Kepala
sekolah kami, Ustadz Fikri memberikan pengumuman tentang adanya lomba mading
yang dikuti oleh semua kelas dari kelas
1 hingga kelas 6. Penilainnya dilakukan
terpisah dari kelas 1 sampai 3 dan 4 sampai 6. Setelah pengumuman itu dan satu dua kalimat
penutup dari Ustadz Fikri kami menutup kegiatan liqo maftuh dengan membaca doa
kafaratul majlis.
Aku
beranjak menuju pintu keluar masjid. Aku mengajak temanku zara, “Zar ayo kita kembali ke kelas ”. ” Ayok” jawab zara, lalu kami pun
berjalan menuju ke kelas.
Setelah
sampai dikelas, aku dan zara segera
duduk dan mengeluarkan buku tematik. Kemudian ustazah datang dan pelajaran pun
dimulai. Setelah proses pembelajaran selesai, ustazah bertanya kepada kami, ”sholihah, kalian ada ide tidak untuk tema
mading kita kali ini ?”. Beberapa anak
mengangkat tangan, ”ustazah bagaimana kalau tema madingnya tentang zina” sahut
Haifa, ”ya ustazah“ beberapa anak lain mengiyakan. ” Jangan, terlalu berat itu temanya, tentang kesehatan
saja ” sahut nisa.
“Kesehatan?,
jangan terlalu biasa, tentang bullying saja“
sahut Sakina. “Apalagi itu..paling biasa
“ jawab teman yang lain.
Lalu
terjadilah perdebatan diantara kami, Ustazah Elsa mengetuk papan tulis menggunakan
spidol untuk meredakan perdebatan. “ Sholihah, bagaimana kalau ide kalian
ustazah tampung dulu, setelah itu baru kita voting yang idenya paling banyak
dipilih itu yang jadi tema madding kita, setuju?” usul ustazah. “ Setuju” kami semua menjawab kompak.
Akhirnya
setelah semua ide ditulis di papan, proses voting pun dimulai dan ide yang
dipilih adalah kesehatan. Sempat muncul perdebatan pada awalnya tapi syukurlah ide itu tetap dipilih. Setelah
itu ustazah Elsa menutup pembelajaran dan menyuruh kami semua membaca doa
kafaratul majlis. Kami lalu membereskan buku dan Bersiap-siap ke masjid.
Sesampainya
dirumah aku mengecek wa grup 6B. Di wa grup ustazah mengumumkan bahwa besok
kita akan membuat madding dengan tema yang sudah disepakati bersama. Ustazah
juga mengirimkan daftar benda yang harus dibawa untuk kebutuhan membuat mading yaitu
gunting, lem kertas, origami dan pensil warna.
Aku
pun menyiapkan perlengkapan yang harus dibawa, setelah itu aku tidur. Keesokan
harinya aku bangun tidur lalu membaca
doa. Kemudian aku wudhu, shalat, mandi, sarapan dan berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah aku langsung menuju
kelas. Kami belajar seperti biasa tapi saat pelajaran tematik, ustazah menyuruh
kami mengeluarkan peralatan yang dibawa untuk membuat mading dan membagi kami
dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok diberikan tugas yang berbeda, ada kelompok
yang membuat artikel, ada yang buat komik, tips, cerpen dan teka teki juga gambar untuk menghias mading. Ada juga
doa dan nasihat, semuanya lengkap. Aku terpilih
menjadi ketua kelompok yang membuat artikel, aku senang sekali bisa terpilih.
Temanku Nisa menjadi ketua kelompok bagian tips sementara zara terpilih jadi ketua untuk teka teki. Ada
beberapa teman lain juga terpilih menjadi
ketua kelompok.
Setelah
pembagian kelompok dan ketuanya, kami semua membuat tugas masing masing dengan
bersemangat. Aku dengan dibantu teman sekelompokku berhasil membuat artikel
tentang berbagai macam penyakit saat musim kemarau. Kami sangat lega karena
sudah selesai dengan baik. Ustazah lalu mengatakan “Solihah, ayo dibereskan
perlangkapannya, lihat sampah di kolom
meja dan jangan lupa bekas guntingan
kertasnya disapu ya”. “ Ya Ustazah” kami menjawab serempak lalu membereskan
kelas.
Setelah
bersih-bersih aku, Haifa dan Ata dimintai tolong ustazah untuk menempel artikel
tips, komik, doa dan yang lainnya di papan mading yang ada di depan kelas. “Ditempel
yang rapi ya jangan sampai kusut ustazah memperingatkan”. “Siap bos” kata Ata
dan Haifa. Akupun tertawa karena mereka menjawab sambil hormat ke ustazah. Setelah
itu kami menempel satu persatu isi mading sambil sesekali meminta pendapat
teman sekelas agar posisinya bagus.
Tidak
lama kemudian, akhirnya selesai juga mading kelas 6B yang dibuat dengan penuh
perjuangan, Kami semua menatap bangga hasil karya kami, kami sangat berharap bahwa kelas kami mendapat juara 1 karena
mading yang kami buat sangat bagus dan unik.
Setelah
puas melihat mading, kami semua pulang. Keesokan harinya saat pengumuman pemenang mading, betapa terkejutnya
kami karena mading kami hanya mendapat juara harapan. Mendengar pengumuman itu,
aku seperti disambar petir. Aku kaget
sekaligus sedih dan sedikit kesal karena mading yang dibuat susah payah itu hanya
dapat juara harapan. Beberapa temanku
bahkan menangis, aku hampir menangis namun
ustazah Elsa datang dan memeluk aku dan teman-temanku sambil berkata “tidak apa-apa sholihah kalian tetap juara
satu di hati ustazah”. Lalu kami semua
merasa lega, aku berkata dalam hati “ustazah juga juara satu di hati kami semua”.