Silaturrahim Dengan Wabup Loteng, Begini Tanggapan Nursiah Tentang Peran LPA NTB


Silaturrahim Dengan Wabup Loteng, Begini Tanggapan Nursiah Tentang Peran LPA NTB
Silaturahmi dengan Wakil Bupati Lombok Tengah 


Lombok Tengah, DS-Pengurus Lembaga Pelindungan Anak (LPA) NTB melakukan silaturrahim dengan Wakil Bupati Lombok Tengah (Loteng), HM Nursiah, Selasa (09/01/2024)


Pertemuan itu berkenaan dengan upaya pendampingan LPA NTB-Unicef terkait program BERANI yang menyasar lima desa di kabupaten tersebut.


Ketua LPA NTB, H. Sahan SH, yang didampingi pengurus lain, dalam pertemuan itu mengemukakan program BERANI di Kabupaten Loteng difokuskan pada pencegahan perkawinan anak. Karena itu, LPA melakukan koordinasi terkait desa dampingan yang diarahkan pada desa dengan kasus terbanyak.


Dalam pertemuan yang juga dihadiri jajaran Bappeda Loteng, Wabup Nursiah menyambut baik program yang akan dijalankan LPA tersebut.


Ia mengatakan perlindungan anak sangat luas karena menyentuh berbagai aspek kehidupan seperti kesehatan, pendidikan dan sektor lain sehingga memerlukan kolaborasi berbagai pihak. Wabup pun mengapresiasi LPA NTB yang memiliki program bermanfaat strategis dalam pembangunan SDM.


Nursiah menuturkan banyak peristiwa miris berkenaan dengan anak yang mesti ditangani bersama. Ia mengaku kadang menemukan anak-anak digendong yang diduga saudaranya akan tetapi ternyata sosok anak dan ibunya. Hal itu dilatari berbagai problem seperti kemiskinan.


Menurutnya, ada kecenderungan kasus-kasus perkawinan anak disebabkan oleh akses pendidikan, akses pasar dan lain lain. Mereka yang semestinya sekolah kemudian berdiam diri di rumah karena jarak sekolah yang jauh.


"Sehingga tamat SD dan SMP pun bisa menikah. Kantong kantong perkawinan anak di dusun dusun yang jauh,” tuturnya.


Selain itu, Nursiah menilai prilaku sebagai faktor yang juga cukup dominan sehingga Wabup mengaku selalu berfikir melakukan inovasi. Salah satunya membentuk sebuah lembaga di desa dengan pengurus dari berbagai latarbelakang masyarakat yang bisa menangani kasus-kasus yang terjadi.


“Penanganan perkawinan anak dan stunting harus berkelanjutan. Mesti melibatkan berbagai pihak seperti para tokoh agama,majelis taklim dan lain lain,” ujarnya seraya berharap ada sistem dan mekanisme dalam penanganan perkawinan anak dan stunting.


Dalam pertemuan itu mengemuka bahwa orangtua muda merupakan salah satu subyek yang tidak pernah disentuh program. Padahal mereka menjadi kelompok rentan yang perlu ekonomi kuat.


“Ibu muda yang jarang disentuh itulah yang banyak pergi ke luar negeri. Anak-anak dititipkan kepada neneknya dan tak terurus. Sehingga, ada titik kritis yang perlu disentuh,” imbuh salah seorang pejabat Bappeda Loteng.

Iklan