Museum Negeri NTB Lakukan Proses Konservasi Empat Keris

 

Museum Negeri NTB Lakukan Proses Konservasi Empat Keris
Museum Negeri NTB Lakukan Proses Konservasi Empat KerisMuseum Negeri NTB memiliki banyak koleksi senjata yang sudah berusia ratusan tahun


Mataram,(Beritantb.com) - Museum Negeri NTB Lakukan Proses Konservasi Empat KerisMuseum Negeri NTB memiliki banyak koleksi senjata yang sudah berusia ratusan tahun. Dari data yang dimiliki Museum Negeri NTB, jumlah koleksi senjata, termasuk keris sebanyak 1.230. Senjata-senjata ini tidak hanya disimpan untuk dipamerkan, namun harus dilakukan perawatan dan pemeliharaan atau proses konservasi. Jika tidak dilakukan perawatan, maka koleksi-koleksi senjata ini akan rusak termakan karat. Koleksi keris paling tua berasal dari zaman Kerajaan Majapahit.


Terhadap koleksi yang dimiliki, Museum Negeri NTB melakukan konservasi pada empat koleksi keris yang berusia ratusan tahun. 


Proses konservasi dilakukan awal bulan Muharam 1446 Hijriah pada kalender penanggalan Islam dengan tujuan koleksi keris kembali bersih dari karat dan kotoran yang menempel pada barang bersejarah ini. 


Kegiatan konservasi rutin dilakukan sebagai upaya proses pelestarian, perawatan, dan perlindungan terhadap koleksi yang tersimpan di Museum Negeri NTB.



Kepala Museum Negeri NTB Ahmad Nuralam, S.H., M.H., menjelaskan, pihaknya memilih bulan Muharam sebagai proses konservasi koleksi keris sesuai dengan tradisi masyarakat lokal. Dari empat keris yang saat ini sedang dikonservasi, tiga koleksi keris Lombok dan satu keris Sumbawa. Keris-keris yang dilakukan konservasi ini berlapis emas dan batu permata.


Menurutnya, kegiatan konservasi keris menghabiskan waktu antara 3 hingga 5 hari. Tergantung jenis koleksi keris yang dikonservasi. Keris dari logam cenderung lebih cepat selesai, sedangkan keris berlapis emas butuh waktu lebih lama.


Didampingi Pewarang Keris dari Paguyuban Keris Anjani Lombok Muhasim, Ahmad Nuralam, menjelaskan, jika rangkaian pembersihan keris dilakukan dengan melepaskan bilah dari gagang. Setelah itu bilah direndam menggunakan air kelapa tua selama 2-3 hari. Setelah direndam air kelapa, bilah keris melewati proses pemutihan menggunakan air perasan jeruk nipis dan sabun colek.


"Proses pemutihan bilah, berlangsung selama 3-4 jam. Pada proses itu warna bilah yang semula abu-abu kehitaman berubah menjadi putih. Usai proses pemutihan, bilah direndam ke dalam cairan arsenik warangan yang dicampur jeruk nipis selama 1,5 jam untuk memunculkan kembali pamor keris. Warangan adalah zat beracun campuran sianida yang banyak terdapat pada gunung berapi aktif dekat bebatuan belerang," ujarnya pada Jumat, 9 Agustus 2024


Ketika perendaman bilah selesai dilakukan, bilah kemudian dicuci untuk menghilangkan sifat beracun dari cairan warangan tersebut. Ketika bilah keris sudah bersih, maka proses terakhir adalah mengoleskan minyak melati. Bilah kembali dipasangkan ke gagang, lalu dilapisi plastik dan ditaburi gel silika agar tidak mudah teroksidasi oleh udara yang lembab, terangnya.


Pihak museum memakai metode konservasi tradisional, ungkapnya, karena cara itu terbukti efektif mengembalikan pamor keris dan telah dipakai oleh masyarakat di negara ini selama ratusan tahun

Iklan