![]() |
Kepala Museum NTB, Ahmad Nuralam. |
Dompu,(Beritantb.com) - Setelah sebelumnya menyapa para siswa di lereng gunung Rinjani, Program Museum Masuk Sekolah kembali dilaksanakan oleh Museum Negeri Nusa Tenggara Barat (NTB). Kali ini museum masuk sekolah menyapa para siswa di SDN 24 Pekat yang berada di lereng Gunung Tambora, Kabupaten Dompu, pada Senin (26/5/24).
Kegiatan bertajuk “Menyapa Siswa di Lereng Rinjani dan Tambora”, merupakan rangkaian kegiatan Museum Goes to Dompu yang bertujuan untuk memperluas akses edukasi sejarah dan budaya ke pelosok-pelosok daerah, khususnya wilayah terpencil yang sulit menjangkau layanan museum secara langsung.
“Program kami yaitu museum masuk sekolah ini memang upaya kami untuk menyapa sekolah-sekolah yang memang jarak dari pusat pemerintahan itu jauh”, ujar Kepala Museum NTB, Ahmad Nuralam.
Nuralam mengatakan Museum masuk sekolah merupakan salah satu inisiatif pihaknya untuk membangun dialog dengan generasi muda mengenai sejarah, budaya dan permuseuman. Menurutnya generasi muda dipilih dalam program museum masuk sekolah karena genrasi muda dapat dengan mudah merekam pengalaman yang luar biasa di memory mereka.
“Jadi kami pilih generasi muda agar ketika nanti mereka menjadi dewasa atau pemimpin dimasa mendatang, interaksi-interaksi budayaan itu bisa menjadi bahan pertimbangan mereka ketika mengambil suatu keputusan”, sambungnya.
Ia menjelaskan bahwa kegiatan menyapa siswa melalui program museum masuk sekolah dilaksanakan selama tiga kali dalam satu tahun. Sekolah-sekolah yang mendapat kunjungan langsung dari museum NTB ini tidak hanya di pulau Lombok tetapi juga dilaksanakan di pulau Sumbawa.
“Sekarang kita berada di kabupaten Dompu. Untuk masuk di sekolah ini kami harus melakukan perjalanan selama 20 jam dari Mataram. Jadi kami datang kesini bukan hanya berimbas kepada adek-adek siswa di lereng Tambora tapi ini juga menjadi pengalaman bagi teman-teman museum bahwa negeri ini begitu luas, yang mengharuskan kita untuk menyapa di daerah-daerah yang terpencil, terluar, dan terisolir”, terangnya.
Dengan begitu dirinya menagatakan Museum Negeri NTB dengan slogan museum meneyenangkan selalu berusaha untuk tampil, tidak hanya dikunjungi tetapi juga mendatangi sekolah-sekolah yang dipilih berdasarkan akses yang cukup terpencil.
Kegiatan ini diikuti dengan antusias oleh 61 siswa kelas satu hingga kelas enam dari SDN 24 Pekat dan 11 guru yang sebagian tenaga honorer daerah.
![]() |
Siswa dan guru yang mengikuti kegiatan museum masuk sekolah |
Di ketahui, hampir 60 persen siswa SDN 24 Pekat adalah anak-anak dari keluarga transmigrasi dari pulau Lombok, sehingga mereka adalah generasi ke-2 yang menetap di desa Pekat dan Calabai.
Saat kegiatan berlangsung, antusiasme para siswa sangat terasa sejak pagi ketika melihat 17 Koleksi yang dibawa oleh Museum NTB, diantaranya Topi Perang dan Baju Besi peninggalan Kesultanan Dompu.
Tidak hanya dengan koleksi dan media interaktif, tetapi juga semangat untuk menanamkan cinta terhadap warisan budaya lokal. Bagi banyak siswa, ini adalah kali pertama mereka bersentuhan langsung dengan kisah-kisah sejarah dan kebudayaan yang biasanya hanya terdengar dalam buku pelajaran.
Salah satu siswa, Reza Hariadi, yang berasal dari Dusun Tanjung Pasir salah satu dusun di pesisir pantai, tidak bisa menyembunyikan rasa gembiranya. Dirinya mengatakan ini merupakan kesempatan langka baginya untuk melihat koleksi-koleksi yang tersimpan di museum.
“Saya senang sekali Museum NTB berkunjung ke sekolah kami, saya jadi bisa melihat koleksi Baju Zirah dan Topi Perang bersejarah dari daerah kami yang ada Museum NTB,” ujar siswa kelas 6 itu dengan sangat gembira.
![]() |
Kepala museum NTB bersama siswa |
Museum masuk sekolah bukan sekadar membawa koleksi ke ruang kelas, tetapi juga menumbuhkan kesadaran kolektif akan pentingnya memelihara ingatan sejarah. Di lereng Tambora, jejak masa lalu tidak hanya hidup dalam buku, tetapi juga dalam napas sehari-hari warganya.
Kepala Sekolah SDN 24 Pekat, Zarniati menyampaikan apresiasi tinggi atas kegiatan ini. Menurutnya melalui kegiatan yang bermakna ini, membuktikan bahwa Museum NTB tidak tempat pelestarian benda-benda bersejarah tetapi ruang edukasi dan pembelajaran bagi generasi muda.
“Kami sangat senang Museum NTB datang ke sekolah kami, sangat bermanfaat untuk siswa-siswi kami di sini, Alhamdulillah kami jadi banyak mengetahui tentang benda benda bersejarah di daerah kami terutama Dompu. Semoga suatu saat kami semua berkesempatan mengunjungi Museum NTB di Mataram secara langsung," harapnya.(Red)