Sila Archery Sociaty (SAS) Komunitas Panahan Tradisional dari Bima yang Harumkan Nama NTB di Ajang Fornas VIII

Sila Archery Sociaty (SAS) Komunitas Panahan Tradisional dari Bima yang Harumkan Nama NTB di Ajang Fornas VIII.
Komunitas panahan tradisional asal Bima, Sila Archery Sociaty (SAS), berhasil mengharumkan nama Nusa Tenggara Barat (NTB) di kancah nasional setelah menyabet medali perunggu pada ajang Festival Olahraga Rekreasi Nasional (Fornas) ke-VIII tahun 2025. 


Mataram,(Beritantb.com) – Komunitas panahan tradisional asal Bima, Sila Archery Sociaty (SAS), berhasil mengharumkan nama Nusa Tenggara Barat (NTB) di kancah nasional setelah menyabet medali perunggu pada ajang Festival Olahraga Rekreasi Nasional (Fornas) ke-VIII tahun 2025. 


Prestasi ini diraih dalam kategori hunting mix oleh pasangan atlet Furqan dan Chika R, yang juga merupakan pasangan suami istri.


Sila Archery Sociaty merupakan komunitas panahan tradisional yang berbasis di Desa Kananga, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima yang di dirikan pada Oktober 2021.



Sila Archery Sociaty hadir dengan semangat pelestarian budaya sekaligus pengembangan olahraga tradisional di kalangan masyarakat, khususnya generasi muda.


Mengusung falsafah lokal “Kabou Mantoi” yang berarti ketangguhan dan keberanian dalam harmoni, SAS menjelma menjadi wadah inklusif bagi masyarakat lintas usia dan latar belakang untuk menekuni panahan tradisional. 


Komunitas ini dipimpin oleh Fedo sebagai ketua, Sarwo Edi sebagai sekretaris, dan Waldi Safrin sebagai bendahara.


“Panahan tradisional bukan hanya soal olahraga, tapi juga soal jati diri dan warisan budaya. Kami di SAS ingin menghidupkan kembali nilai-nilai lokal melalui aktivitas yang membangun karakter dan disiplin,” ujar Fedo, Ketua SAS, saat diwawancarai usai kepulangan tim dari Fornas VIII.


Kegiatan SAS tidak hanya terbatas pada latihan rutin. Komunitas ini juga aktif menggelar edukasi panahan ke sekolah-sekolah dan masyarakat umum. 


Selain itu, SAS kerap mengirimkan atlet untuk berlaga di ajang kompetisi, baik di tingkat lokal maupun nasional, sebagai bagian dari misi memperkenalkan panahan tradisional kepada khalayak luas.


Prestasi di Fornas VIII menjadi momen bersejarah bagi SAS. 


“Kami bangga bisa membawa pulang medali dan mengharumkan nama Bima serta NTB. Ini adalah bukti bahwa olahraga tradisional juga bisa bersaing di tingkat nasional jika dikelola dengan serius dan penuh semangat,” tambah Fedo.


Dengan semangat kebersamaan dan gotong royong, SAS terus berkomitmen menjadi rumah bagi siapa saja yang ingin menjadikan panahan tradisional bukan sekadar hobi, tetapi juga jalan hidup yang membentuk disiplin, ketangguhan, dan cinta terhadap budaya lokal.(Red)

Iklan